Minggu, 17 Januari 2010

Koalisi Poros Tengah untuk Imbangi Partai Demokrat dan PDIP Menguat

SURABAYA - Rencana pembentukan koalisi poros tengah untuk mengimbangi Partai Demokrat dan PDIP terus menguat. Ketua DPC PKB Surabaya Musyafak Rouf bahkan meminta agar pembahasan poros tengah segera dikonkretkan.

''Kami masih menunggu komunikasi dengan Golkar. Bila memang sudah sepakat menggalang koalisi poros tengah, ayo jangan setengah-setengah,'' ujar Musyafak. Dia membenarkan bahwa pihaknya sudah menjalin komunikasi dengan Partai Golkar. Hanya, kesepakatan itu perlu dirumuskan lebih konkret agar tidak sekadar menjadi wacana. Sebelum ada kesepakatan antarparpol, menurut Musyafak, poros tengah belum bisa bekerja.

Musyafak menjelaskan, dirinya gembira dengan keinginan Golkar menggagas poros tengah. Sebab, sebelumnya PKB tak memiliki pikiran untuk berkoalisi dengan Golkar. Mereka hanya mengacu pada konstelasi politik di DPRD Surabaya.

Selama ini, FKB DPRD Surabaya memang akrab dengan fraksi gabungan yang terdiri atas PAN, Gerindra, PKNU, dan PPP. Mereka bahkan cenderung berseberangan dengan PDS, PKS, dan Golkar. Namun, dinamika politik dalam pilwali membuat PKB harus segera menyesuaikan strategi. Apalagi, pekan lalu 31 PAC Gerindra mengusung Fandi Utomo dan Khusnul Khuluq (ketua DPC Gerindra Surabaya, Red) sebagai cawali/cawawali. ''Jadi, bila Golkar memang sangat serius, kami sebenarnya sangat senang,'' tuturnya.

Ketua DPD Partai Golkar Surabaya Adies Kadir langsung menjawab kekhawatiran Musyafak. Dia menegaskan, Golkar sangat serius dengan koalisi poros tengah. ''Ini juga keputusan institusi. Kami bahkan membuat tim penjaringan yang berjumlah tujuh orang,'' katanya. Tim tersebut bertugas menyusun konsep dalam dua hari ini. ''Rencananya, Selasa (besok, Red) kami plenokan. Apa ini dianggap bukan keputusan institusi? Apa kami ini setengah-setengah?'' tuturnya.

Sebaliknya, Adies justru mengancam meninggalkan PKB jika Musyafak merasa ragu-ragu terhadap koalisi poros tengah. ''Kami butuh gerak cepat. Target kami, akhir Februari sudah jelas siapa calon yang kami usung dan berkoalisi dengan siapa,'' tegasnya.

Bagaimana PKS? Meski telah memanaskan mesin politiknya dengan mengumpulkan 31 DPC se-Surabaya, sikap PKS ternyata belum jelas. Hingga kemarin, mereka cenderung mengikuti koalisi pusat, yakni mengarah ke Partai Demokrat.

''Kami bahkan siap menjadi partai pendukung, bukan pengusung, asal platform partai kami bisa diterima. Ini terjadi dalam pilpres lalu (SBY-Boediono, Red),'' kata Ketua DPD PKS Surabaya Fatkhur Rohman. Sikap itu bisa jadi merupakan langkah mundur. Sebab, PKS telah memiliki calon sendiri, yakni Yulyani. Mantan anggota DPRD Surabaya tersebut juga telah dilamar beberapa calon PKB dan parpol lain.

Fatkur mengatakan, komunikasi politik dalam pilwali harus dilakukan antarparpol, bukan antarfigur. ''Bila ada parpol yang melakukan komunikasi langsung dengan figur, itu adalah pendekatan 'ilegal'. Harus melalui parpol,'' tegasnya. PKS juga memanaskan mesin politinya dengan mengadakan pelatihan tim pemenangan tingkat kecamatan se-Surabaya di Asrama Haji Sukolilo pada Sabtu-Minggu kemarin (16-17).

Fatkur mengatakan tidak takut dianggap terlambat karena belum menentukan sikap koalisi. ''Semua partai masih bingung, bukan hanya kami. Selain itu, kami biasa sprint,'' katanya. Fatkur juga menjelaskan bahwa PKS bakal melakukan dua kali survei pada akhir Januari sampai Februari.

''Survei pertama akan melihat dinamika perpolitikan seperti apa di Surabaya. Sedangkan, pada Februari akan kelihatan siapa calon-calon yang ada dengan pertimbangan Maret sudah pendaftaran cawali-cawawali," katanya. (ano/oni)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Minggu, 17 Januari 2010

Koalisi Poros Tengah untuk Imbangi Partai Demokrat dan PDIP Menguat

SURABAYA - Rencana pembentukan koalisi poros tengah untuk mengimbangi Partai Demokrat dan PDIP terus menguat. Ketua DPC PKB Surabaya Musyafak Rouf bahkan meminta agar pembahasan poros tengah segera dikonkretkan.

''Kami masih menunggu komunikasi dengan Golkar. Bila memang sudah sepakat menggalang koalisi poros tengah, ayo jangan setengah-setengah,'' ujar Musyafak. Dia membenarkan bahwa pihaknya sudah menjalin komunikasi dengan Partai Golkar. Hanya, kesepakatan itu perlu dirumuskan lebih konkret agar tidak sekadar menjadi wacana. Sebelum ada kesepakatan antarparpol, menurut Musyafak, poros tengah belum bisa bekerja.

Musyafak menjelaskan, dirinya gembira dengan keinginan Golkar menggagas poros tengah. Sebab, sebelumnya PKB tak memiliki pikiran untuk berkoalisi dengan Golkar. Mereka hanya mengacu pada konstelasi politik di DPRD Surabaya.

Selama ini, FKB DPRD Surabaya memang akrab dengan fraksi gabungan yang terdiri atas PAN, Gerindra, PKNU, dan PPP. Mereka bahkan cenderung berseberangan dengan PDS, PKS, dan Golkar. Namun, dinamika politik dalam pilwali membuat PKB harus segera menyesuaikan strategi. Apalagi, pekan lalu 31 PAC Gerindra mengusung Fandi Utomo dan Khusnul Khuluq (ketua DPC Gerindra Surabaya, Red) sebagai cawali/cawawali. ''Jadi, bila Golkar memang sangat serius, kami sebenarnya sangat senang,'' tuturnya.

Ketua DPD Partai Golkar Surabaya Adies Kadir langsung menjawab kekhawatiran Musyafak. Dia menegaskan, Golkar sangat serius dengan koalisi poros tengah. ''Ini juga keputusan institusi. Kami bahkan membuat tim penjaringan yang berjumlah tujuh orang,'' katanya. Tim tersebut bertugas menyusun konsep dalam dua hari ini. ''Rencananya, Selasa (besok, Red) kami plenokan. Apa ini dianggap bukan keputusan institusi? Apa kami ini setengah-setengah?'' tuturnya.

Sebaliknya, Adies justru mengancam meninggalkan PKB jika Musyafak merasa ragu-ragu terhadap koalisi poros tengah. ''Kami butuh gerak cepat. Target kami, akhir Februari sudah jelas siapa calon yang kami usung dan berkoalisi dengan siapa,'' tegasnya.

Bagaimana PKS? Meski telah memanaskan mesin politiknya dengan mengumpulkan 31 DPC se-Surabaya, sikap PKS ternyata belum jelas. Hingga kemarin, mereka cenderung mengikuti koalisi pusat, yakni mengarah ke Partai Demokrat.

''Kami bahkan siap menjadi partai pendukung, bukan pengusung, asal platform partai kami bisa diterima. Ini terjadi dalam pilpres lalu (SBY-Boediono, Red),'' kata Ketua DPD PKS Surabaya Fatkhur Rohman. Sikap itu bisa jadi merupakan langkah mundur. Sebab, PKS telah memiliki calon sendiri, yakni Yulyani. Mantan anggota DPRD Surabaya tersebut juga telah dilamar beberapa calon PKB dan parpol lain.

Fatkur mengatakan, komunikasi politik dalam pilwali harus dilakukan antarparpol, bukan antarfigur. ''Bila ada parpol yang melakukan komunikasi langsung dengan figur, itu adalah pendekatan 'ilegal'. Harus melalui parpol,'' tegasnya. PKS juga memanaskan mesin politinya dengan mengadakan pelatihan tim pemenangan tingkat kecamatan se-Surabaya di Asrama Haji Sukolilo pada Sabtu-Minggu kemarin (16-17).

Fatkur mengatakan tidak takut dianggap terlambat karena belum menentukan sikap koalisi. ''Semua partai masih bingung, bukan hanya kami. Selain itu, kami biasa sprint,'' katanya. Fatkur juga menjelaskan bahwa PKS bakal melakukan dua kali survei pada akhir Januari sampai Februari.

''Survei pertama akan melihat dinamika perpolitikan seperti apa di Surabaya. Sedangkan, pada Februari akan kelihatan siapa calon-calon yang ada dengan pertimbangan Maret sudah pendaftaran cawali-cawawali," katanya. (ano/oni)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar